Author: Elinus Waruwu
•Minggu, November 24, 2024


MENJADI GURU PUJAAN HATI


        Ragam Foto dan Twibon Hari Guru Tahun 2024, mengingatkan saya mengenang kembali bahwa saya dari kecil tidak pernah bermimpi menjadi seorang Guru. Saya dari SD, SMP, bahkan sampai Lulus SPG saya masih bercita-cita menjadi seorang Imam Katolik. Memilih hidup sendiri dan tidak kawin. 
Kisah Pidong 
        Setelah SPG barulah mulai muncul keinginan sungguh mau menjadi Guru. Ketika saya bertengkar dengan murid kelas 3 atau kelas 4 kala itu, di SD Sibolga Julu, saya menjadi sadar tugas mulia jadi Guru. Kisah itulah yang terjadi tahun 1988 saya dan teman-teman kelas 2 SPG praktik pengalaman lapangan (PPL). Kami ditugaskan mengajar di SD. Lalu, Saya mulai mengajar masuk kelas, dan tunjukkan alat peraga kepada anak-anak yaitu gambar burung cenderawasih. 
        Mereka semua berteriak "Pidong...pidong...". Kami berdebat bahwa gambar yang saya tunjukan itu bukan Pidong. "Burung...burung..." Tetapi begitulah, semakin besar suara saya, anak-anak itu berteriak dan terus menyebutkan Pidong....pidong...
        Akhirnya, buyer konsep mengajar saya karena kami tidak saling memahami satu sama lain. Saya akhirnya keluar dari kelas dan bertanya kepada Guru Pamong. Apa artinya Pidong? Rupanya Pidong sama dengan Burung. Bahasa Batak sebutannya Pidong. 
        Hahahaha... Saya ketawa sendiri dan cepat-cepat saya masuk kembali ke kelas anak-anak itu. Saya tunjukan gambar, dan saya sepakat dengan anak-anak bahwa itu Pidong. Barulah mereka bisa menerima saya.
        Kisah kenangan itulah saya ajari mereka bahwa anak-anak sudah benar. Itulah gambar Pidong. Benar sekali, dan dalam bahasa Indonesia sebutannya adalah Burung. Merekapun bisa menerima dan menulis di papan tulis Burung. 
        Kisah Menjadi Guru itu tidak gampang. Harus banyak belajar mengenal diri anak terlebih dahulu, setelah tahu kemampuan dasar mereka, barulah kita masuk mengajari mereka ke hal-hal kesulitan baru. Kisah Pengalaman yang tak Pernah Sirna terkenang kembali.
Maka terciptalah pantun anak-anak di Bulan Nopember 2024 ini, beginilah bunyi pantun muridku Muhammad Maulud 
Memancing ikan pagi-pagi
Memakan bubur boleh nasi
Kuakui sepenuh hati
Kalau Guru pujaan hati
        Lalu, kita diajak juga menjadi Guru yang taqwa kepada Tuhan:
Kalau rindu kirimlah surat
Kabar pelipur duka dan lara
Rajinlah kita beribadat
Agar bisa dapatkan surga
        Cobalah, kita modifikasi sendiri pantun anak-anak itu. Seperti berbunyi:
Memancing ikan pagi-pagi
Memakan bubur boleh nasi
Kuakui sepenuh hati
Pak Waruwu pujaan hati
        Hahahaha...
        Kita harus mengakui bahwa kita Gurulah menjadi pujaan hati dari anak-anak kita.
Selamat mengenang jadi Guru Idola anak-anak. 
Apakah Bapak dan Ibu sudah siap menjadi Guru Pujiaan Hati? Silahkan direfleksikan ya... 

Salam pendidikan 🙏
READ MORE - MENJADI GURU PUJAAN HATI
Author: Elinus Waruwu
•Jumat, November 22, 2024

AWAM BISA SUCI MELALUI OFS

Pembelajaran tentang OFS



Artikel ini pernah saya posting di dinding Facebook. Dan untuk melengkapi pengetahuan dalam belajar mengikuti panggilan Tuhan lewat OFS, berikut saya sajikan lagi dalam website ini. Saya berharap yang ingin masuk dalam kelompok OFS alangkah baiknya membaca tuntas pembelajaran OFS yang saya sajikan ini. Hari ini Jumat 22 Nopember 2024. 

Saya juga mengenang pada tahun 2024 ini tepatnya 3 Oktober 1999 yang lalu mengikrarkan Kaul Kekal atau Janji Seumur Hidup dalam OFS. Saya bersama Sdra Romanus Hasjran Intan OFS, Dianawati Salim OFS, Machda Idris Daniel OFS (+), dan Tiamsa Boru Sihite OFS berikrar di Gereja Katolik Padangsidimpuan di mana yang memimpin Misa Kudus Pastor Romanus Daeli OFM Cap bersama Animator Suster Lucia Tumanggor OSF. Patut disyukuri, saya masih setia dalam panggilan hidup sebagai anggota OFS melewati pesta perak 25 tahun sudah. Kalau dihitung tantangan menjalani panggilan ini, sungguh banyak kesulitan, berbagai tantangan, dan ejekean juga lumayan banyak. Hahahaha... kalau ingat semua itu, saya akhirnya berkesimpulan hanya karena belaskasih Allah dan penyertaan Tuhan. Seperti dikatakan, semua indah pada akhirnya.

Yuk...Untuk penyegaran saya mencoba berbagi untuk Saudara dan Saudari awam dan Anggota OFS di mana saja berada. Saya memberikan judul refleksi pembelajaran untuk OFS yaitu Awam Bisa Suci Melalui OFS. Tantangan menjadi anggota OFS semakin besar di zaman sekarang. Berbeda dengan awal-awal berdiri, lain dengan zaman Corona, dan semakin menantang di tahun 2023 dan 2024 ini. Karena itu, Saudara dan Saudari saya mencoba berusaha menyampaikan pembelajaran entah sejenis tanya jawab atau apapun sebutannya, terserah... Tentu berangkat dari pengalaman saya pribadi dan beberapa sumber bacaan yang saya tahu dan pernah peroleh sebagai anggota OFS.

Harapan saya, bila ada yang kurang dari yang saya sajikan, tolong dibantu oleh Saudara dan Saudari yang senior (berpengalaman). Seingat saya, mengikatkan diri sebagai OFS sejak tahun 1990. Jadi, tidak terlalu lama juga tidak kudus karena masih belajar dan belajar. Pater Polykarp Geiger OFM Cap yang tinggal di Biara Santu Felix Mela sekitar tahun 1985 memperkenalkan kelompok Ordo Awam Fransiskan OAF (sebutan awal OFS). Beliau memperkenalkan OFS dari sudut Kota yaitu Sipeapea, Paroki Tarutung Bolak, kelompok itu lebih dikenal sebagai kelompok yang tua-tua bersama Saudari Suster-suster KSFL.

Dahulu, saya berpikir kalau sudah menjadi anggota OFS berarti akan digabungkan dalam barisan para kudus seperti Saudara dan Saudari yang memilih hidup membiara. Saya sangat takut mau masuk menjadi anggota OFS waktu itu. Ketakutan itu wajar, karena saya merasa orang berdosa, dan tidak pantas menjadi anggota orang kudus. Bila sejarah kejadian itu teringat, saya tertawa sendiri, hahahaha…Setidaknya seperti itulah bayangan dalam benak saya, menjadi orang saleh, komunitas kudus, dan berbagai sebutan malaikat yang serba kudus.

Setelah saya renungkan panggilan saya sebagai anggota OFS, hitung-hitung sudah 33 tahun sampailah pada kesimpulan bahwa saya belum suci adanya. *

1. Lalu apa tujuan? Tujuan saya menyajikan ini hanya untuk berbagi saja. Pasti di Group kita ini jauh lebih luas dan banyak pengetahuannya tentang OFS. Karena itu, kita refleksi sambil ngobrol dan berdiskusi ya.

1.     2.Apakah OFS itu? OFS singkatan dari Ordo Fransiskan Sekular. Ordo = Komunitas. Fransiskan = Pengikut Bapa kita Santu Fransiskus. Dan Sekular sering juga disebut Sekulir = awam, yang hidupnya mendunia atau tidak seperti Biarawan Biarawati.

2.     Di mana biara bagi anggota OFS? Biara bagi anggota OFS tidak lain adalah rumah masing-masing. Di mana tinggal tentu ada rumah tempat tinggal, itulah Biara bagi anggota OFS.

3.      Apa tujuan OFS? Tujuan OFS adalah mengejar cita-cita dasar setiap orang Kristen, yaitu mengejar kesempurnaan Injil.

 4. Bagaimana anggota mencapai tujuan panggilan sebagai anggota OFS? Untuk mencapai tujuan kesempurnaan Injil anggota OFS hidup seturut Injil, meniru Yesus Kristus dan mau menjadi seperti Kristus. Anggota OFS berusaha mempelajari Injil, merenungkan dan mempraktekkannya, artinya sebagai anggota harus berjuang untuk semakin mengenal dan mencintai Kristus.

Saudara dan Saudari, itulah dulu obrolan kita Bagian pertama. Silahkan memberikan masukan dan tanggapan ya. *

 

OFS PEMBAWA DAMAI

Setelah melihat 4 poin dari pertanyaan pembelajaran Bagian 1 yang lalu. Kita coba lanjutkan sedikit obrolan kita demi menambah wawasan tentang Persaudaraan kita dalam OFS.

Banyak orang kagum atas pilihan panggilan hidup dalam OFS. Lihatlah, betapa adanya anggota Fransiskan di mana-mana menunjukkan bahwa hidup dalam persaudaraan sangat penting. Lalu, banyak yang iri akan kelompok damai ini. Mengapa saya sebut Persaudaraan damai? Jawaban dari hasil penghayatan saya, karena di mana ada anggota OFS di situ ada damai. Maka boleh saya katakan tidak ada dalam kamus anggota OFS kata-kata berkelahi ( bahasa Batak = parbadaan). Ini termasuk kata kunci yang saya tahu. Anggota OFS harus tahu visi dan misinya yaitu pembawa damai.

Mengenakan TAU (dibaca tao) berarti kaum pentobat. Orang yang sudah dimeteraikan sebagai pembawa damai. Jadi, sikap dasar inilah yang sungguh memberikan nilai militan atau unik dan khas sebagai anggota OFS. Belajar dari karakter Fransiskan (semua pengikut Fransiskus) ini, hampir semua yang memilih hidup Fransiskan tidak ada yang sombong, pembawaan mereka di mana saja khas hidup tenang, dan hidup damai. Maka dalam penghayatan, menjadi anggota OFS berarti siap sedia mau bertobat dan menjadi pembawa damai di mana-mana. Bila penghayatan ini kurang, berarti sudah tidak layak disebut sebagai anggota OFS. Maka, semakin menjadi OFS berarti sikap dasar melekat dalam karakter kata-kata damai tersebut dalam diri. Sungguh-sungguh dimiliki damai ini dalam situasi apapun. Baik dalam suka maupun dalam duka, tak ada kata lain. Anggota OFS dan Fransiskan pada umumnya harus menjadi pembawa damai, penyebar berkat bagi banyak orang.

Sekarang kita melanjutkan pertanyaan ya untuk menambah pengetahuan:

5.      5. Siapa saja yang bisa menjadi anggota OFS? Siapapun boleh menjadi anggota OFS. Yang penting sudah dibabtis dan bersedia setia menjalani tahap-tahap pembinaan, dan tertarik menghidupi cara hidup Fransiskan.

 

6.      6. Bagaimana Tahap-tahap Pembinaan OFS dilaksanakan? Sebelum menjadi anggota penuh, Calon anggota OFS melewati tahap demi tahap. Ada Tahap Pengenalan kurang lebih 6 bulan. Sesudahnya, ada Tahap Postulan kurang lebih 1 tahun. Ada Tahap Novis sekitar 1 tahun. Dan setelah Novis akan memasuki Tahap Profesi (bisa 1 tahun atau bisa diulangi sampai 3 kali, dan boleh juga Profesi Kaul Kekal. Tahap Profesi Kekal lebih dikenal dengan Janji Seumur Hidup.

 

7.      7. Apakah ada pedoman hidup untuk anggota OFS? Ada yaitu Anggaran Dasar yang disahkan oleh Bapa Paus di Roma. Lalu, ada Konstitusi dan Statuta Umum. Di setiap Negara memiliki Statuta Nasional di mana memuat aturan petunjuk konkrit situasi setempat. Namun, semua aturan itu mengarah menuju dan bermuara pada arah tujuan hidup sebagai anggota OFS yakni mengejar kesempurnaan Injil.

 

8.      8. Apa doa khusus yang harus dilakukan setiap hari sebagai anggota OFS? Ada, yaitu harus berdoa setiap hari melalui ofisi ibadat harian. Boleh juga devosi kepada Bunda Maria, Jalan Salib, Novena, adorasi dan bentuk doa-doa lainnya sebagai anggota Gereja Katolik. Dan dianjurkan sesering mungkin ikut merayakan Ekaristi. Sebagai anggota OFS hendaknya dalam doa memuji dan memuliakan Tuhan, pemerikasaan batin dan tobat, dan mendoakan orang-orang yang meninggal.

 

Dari pengalaman dan jawaban-jawaban atas pertanyaan dari 5 sampai 8 di atas, terlihat berat menjadi anggota OFS bukan?

Tidak gampang bahkan sepertinya banyak tuntutan. Saya pribadi merenungkannya. Saya akhirnya merefleksi diri bahwa diri-saya belum sepenuhnya menjadi anggota OFS. Namun, sebagai panggilan hidup saya tetap berjuang dan berusaha untuk melakukan perjalanan panggilan hidup sesuai kehendak Tuhan. **

 

KEISTIMEWAAN SEBAGAI ANGGOTA OFS

 

Saudara dan Saudari Anggota OFS. Ada banyak hal yang terselubung dan tersembunyi dalam kesatuan kita sebagai anggota OFS. Kadang kala kita menjadi sangat istimewa sebagai anggota OFS diperlakukan. Mengapa? Karena Pendamping Rohani kita adalah orang-orang yang sangat istimewa bagi seluruh umat beriman. Ada yang menjabat sebagai Imam. Ditambah ada Biarawan-biarawati, Bruder, Suster dari OSF, KSFL, dan Fransiskan lainnya. Kalau Komunitas ini bersama-sama menyatu sebagai Saudara dan Saudari, diundang atau bersatu dalam kegiatan tertentu, pastilah membuat lebih istimewa dalam keluarga Fransiskan. Penghayatan sebagai satu kesatuan sebagai saudara dan saudari, tentu membedakan bukan?

Pengalaman saya mendapat pelayanan ketika putri-saya diberkati di Gereja Stasi Santu Petrus Mela. Ada 10 orang Imam dari berbagai Persaudaraan hadir memberikan berkat. Orang bertanya, Mengapa sangat istimewa pemberkatan Perkawinan itu? Apakah karena saya orang kudus? Bahkan ada yang cemburu dari antara umat. Umat bertanya-tanya ada apa? Pengalaman mengundang Imam dalam pemberkatan perkawinan putri-saya menurut saya wajar. Saya sebagai Pengurus Gereja, tentu dihargai oleh Paroki dan datang Pastor Paroki. Kemudian, lebih lagi saya sebagai anggota OFS salah seorang Saudara Fransiskan. Karena mereka saya undang sebagai Saudara, pastilah senang hidup sebagai Saudara. Satu kesatuan dalam Persaudaraan Fransiskan. Dan memang secara kebetulan lebih istimewa ada juga Abang kandung saya yang memilih hidup sebagai Bruder dalam Komunitas Kapusin.

Dari pengalaman dan refleksi mendalam akhirnya sadar bukan karena saya orang kudus. Namun, saya dianggap sebagai saudara oleh orang-orang yang saya undang. Maka, terjadilah hidup sebagai saudara. Saya dianggap saudara sebagai anggota OFS. Diperhitungkan, sebagai Saudara dekat yang sangat istimewa dalam Gereja.

Apakah Saudara dan Saudari dianggap sebagai anggota OFS yang istimewa? Mari kita belajar menjadi istimewa dan memahami keistimewaan sebagai anggota OFS. Pertanyaan poin 11 akan menjawab keistimewaan kita di mana hidup sebagai saudara yang kaya raya. Kita ikuti pembelajaran 3 ya:

9.      9. Apakah anggota OFS boleh menjadi anggota persekutuan awam lainnya, seperti PD Kharismatik, kelompok kategorial Legio Maria dan lain sebagainya di dalam Gereja? Ya, boleh. Justuru anggota OFS menjadi sangat istimewa di antara lainnya. Anggota OFS diharapkan menjadi pelopor kegiatan dalam Gereja (Abdi Gereja). Boleh menerima tugas jabatan gerejani seperti Pengurus Gereja, DPSI, DPPI, dan sebagainya). Boleh masuk organisasi Gereja, boleh ikut pelayanan dan aktivitas Gereja, baik di Paroki, Stasi, dan Lingkungan yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan KBG. Hanya perlu diingat, kemampuan dasar dalam hal pembagian waktu masing-masing pribadi, untuk tidak bertabrakan dengan kegiatan pertemuan OFS. Maksudnya, tidak boleh karena sibuk dengan kegiatan kelompok lainnya, keberadaan sebagai anggota OFS terabaikan alias terlupakan. Justru pribadi (damai) sebagai anggota OFS merasul mengikuti kegiatan lainnya.

 

1010. Apakah ada tanda pengenal istimewa bagi anggota OFS? Tanda pengenal umum sebagai anggota OFS ialah Salib TAU. Salib TAU ini terasa sangat isimewa. Maknanya adalah tanda pertobatan. Ada juga daerah tertentu mengenakan pakaian baju coklat. Tidak ada KTP khusus sebagai anggota OFS itu berarti sama saja dengan awam lainnya.

 

1111. Siapa Pendamping Rohani OFS? Sejauh ini Pendamping Rohani OFS adalah Ordo Pertama dalam hal ini OFM, OFM Conventual, OFM Cap. Ordo Kedua juga boleh menjadi Pendamping Rohani OFS. Ada juga yang disebut Animator seperti Suster-suster OSF dan para Bruder Kapusin. Ordo pertama, Ordo kedua, dan Animator  bersama-sama disebut sebagai suluh atau obor yang menjamin kerohanian kesetiaan OFS terhadap ajaran Gereja kita. Memelihara kerohanian kharisma Fransiskan dan mempersatukan dalam kesatuan erat dengan keluarga Fransiskan. Maka, tidak perlu heran ketika anggota OFS misalnya dalam situasi kemalangan, Pendamping Rohani secara istimewa memberikan pelayanan. Dan hal ini sering umat lainnya cemburu karena kedekatan sebagai anggota OFS (terikat sebagai satu saudara) dengan para Pendamping Rohani yah tidak ada jarak. Tentu, tampak anggota OFS hidup bersaudara (istimewa) dengan para Imam, Frater, Bruder, Suster-suster yang Fransiskan ini. Dan dalam penghayatan, sebagai saudara satu kesatuan sebagai Fransiskan, bisa saja anggota OFS dipandang lebih istimewa. Mengapa istimewa? Karena satu kesatuan dalam Persaudaraan Fransiskan.

 

1212. Bagaimana keberadaan OFS sekarang ini? Keberadaan anggota OFS sangat istimewa bila dilihat dari Persaudaraan seluruh dunia. Tersebar di aman-mana dan jumlahnya cukup banyak. OFS ada di Eropa yang tersebar di 31 negara, Amerika tersebar di 22 negara, Afrika di 23 negara, Asia di 14 negara, dan Australia ada di 2 negara. Dan menurut statistik yang sudah tercatat menjadi anggota OFS ada sekitar 450.000 orang. Anggota OFS banyak sekali bahkan tersebar di seluruh Indonesia. Termasuk di wilayah Keuskupan kita Sibolga ini. ***

 


K E S I M P U L A N

 

Dari 3 bagian yang saya sheringkan sebagai anggota OFS. Saya berharap kelak ada di antara Saudara dan Saudari yang akan terpilih menjadi orang kudus mewakili kita sebagai anggota OFS. Bila tidak mungkin diri sendiri, akan memungkinkan lewat anak cucu, dan itulah kita persiapkan diri lewat permenungan bahwa awam bisa suci melalui OFS.

Apa yang terlintas dalam permenungan saya bahwa awam bisa suci, mulai sekarang silahkan direnungkan dan dipikirkan oleh Saudara dan Saudari. Kita jalankan hidup ini dalam panggilan yang murni dan suci. Kita bangun persaudaraan OFS ini dengan memberikan contoh-contoh mewujudkan damai untuk semua saudara.

Jadilah Saudara dan Saudari sungguh-sungguh menjadi pembawa damai dalam menjalankan panggilan suci sebagai anggota OFS. Bahkan wujudkan dan perlihatkan keistimewaan Saudara dan Saudari sebagai anggota OFS yang bisa diteladani, bisa dicontoh, dan bukan supaya dapat pujian ya. Pelihara hubungan baik sebagai Saudara dan Saudari. Tampakkan warna yang berbeda dengan setia, saleh dalam Ibadah rutin, teratur, dan penuh semangat menjalankan hidup. Ciptakan kebaikan turun-temurun bagi generasi OFS. 

Semoga Anda salah satunya yang akan menjadi suci dan kudus karena panggilan lewat OFS. Belum terlambat untuk mau memulai, seperti Bapa kita Santu Fransiskus katakan, “kita belum berbuat apa-apa, marilah kita mulai sekali lagi…” dan silahkan berani maju ya. Sekarang, Anda dibutuhkan sangat istimewa dalam panggilan hidup suci ini. Semoga perjuangan Saudara dan Saudari memberikan buah berlimpah serta berkat Tuhan berlimpah lewat Persaudaraan OFS bersama. Amin. ***


READ MORE - AWAM BISA SUCI
Author: Elinus Waruwu
•Kamis, November 21, 2024

BETAPA INDAH HIDUP

SEBAGAI SAUDARA

Tema Pertemuan Kapitel Dewan Regio Santu Polykarpus Sibolga yang direncanakan Sabtu/ Minggu 21 dan 22 Desember 2024 mengetengahkan tema Betapa indah hidup sebagai saudara. “Berbahagialah hamba, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu.” Lukas 1:38

Tentu pada pertemuan ini sangat diharapkan semua anggota Ordo Fransiskan Sekulir (OFS) turut ambil bagian untuk pertemuan akbar dalam memilih kepengurusan baru Dewan Regio OFS Sibolga periode 2024 sampai 2027. 

Mari kita lihat para Pengurus OFS Tingkat Lokal. Kita mulai dari Persaudaraan OFS Santu Antonius Padangsidimpuan ada Minister Sdri. Vera Sylvia Nainggolan OFS, Wakil Minister Sdr. Antonius Situmorang OFS, Sekretaris Sdri. Bernita Lalu Purba OFS, Bendahara Sdr. Romanus Hasjran Intan OFS dan Formator Sdr. Yulianus Ndraha  OFS. 

Kemudian, Pengurus dari Persaudaraan OFS Lokal Santu Antonius Pandan yakni Minister Sdra. Johannes Sihotang OFS, Wakil Minister Sdra. Klemenius Panjaitan OFS, Sekretaris Sdra. Kortal Nadeak OFS, Bendahara Sdri. Irene JR Tambun OFS, dan Formator Sdra. Sesilia Laoli OFS.

Kita juga mengharapkan akan hadir dari Persaudaraan OFS Lokal Santu Paskalis Baylon Sarudik yaitu Minister Sdra. Antonius Silaban OFS, Wakil Minister Sdra. Koriman Sitanggang OFS, Sekretaris Sdra. Kristofer Hutagalung OFS, Bendahara Sdri. Ester Pasaribu OFS, dan Formator Sdra. Pandapotan Hutabarat OFS. 

Dari Persaudaraan Santu Padre Pio Kota Sibolga diharapkan akan hadir Minister Sdra. Marlon Pasaribu OFS, Wakil Minister Sdra. Benediktus Pebrima Ganda Sianipar OFS, Sekretaris Sdri. Herna Darmawati Simanullang OFS, Bendahara Sdri. Susanna Yustia Giawa OFS, dan Formator Sdra. Sondang Oppida Lumbangaol OFS. 

Selain itu diharapkan partisipasi kehadiran dari Persaudaraan Lokal Santu Ludovikus Mela yakni Minister Sdri. Tika Sitanggang OFS, Wakil Minister Sdri. Sion Katarina Saruksusk OFS, Sekretaris Sdri. Adriana Nofewati Laia OFS, Bendahara Sdri. Teresia Hatilia Laia OFS, dan Formator Sdra. Beppo Tambunan OFS. 

Harapan kita akan hadir Persaudaraan Lokal Santa Klara Tumbajae yang akan meramaikan pertemuan Kapitel Dewan Regio ke depan. Mereka adalah Minister Sdra. Hamonangan Sigalingging OFS, Wakil Minister Sdra. Sahatma Sidabutar OFS, Sekretaris Sdra. Delpi Situmorang OFS, Bendahara Sdri. Rohana Situmorang OFS, Formator Sdra. Pakrin Malau OFS, Humas Sdri. Ida Purnama Sitanggang OFS, dan Animator Suster Elisabeth OSF. 

Apa sub tema Pertemuan Kapitel kita? Direncanakan Sub Tema Kapitel kita kali ini adalah Dengan semangat hidup sebagai saudara, mari kita tingkatkan pelayanan persaudaraan sebagai hamba dalam menghayati panggilan hidup sebagai anggota OFS. 

Artikel Persaudaraan ini boleh juga sebagai hal untuk mengingatkan kembali peserta Kapitel Dewan Regio. Semua anggota OFS seharusnya wajib mengikuti pertemuan akbar ini. Mengapa? Karena inilah pesta persaudaraan yang hanya terjadi satu kali dalam tiga tahun. Apakah ada partisipasi Dewan Lokal? Yah tentu ada sebesar Rp 300.000 setiap persaudaraan lokal. Apakah ada biaya konsumsi dan tempat menginap satu malam? Jawabannya ada, setiap peserta Kapitel Regio diwajibkan memberikan partisipasi biaya konsumsi dan pertemuan sebesar Rp 200.000 setiap orang. Hal-hal yang kurang jelas dari artikel ini, boleh dihubungi Sdra Linus Elinus Waruwu HP 085206328218 
READ MORE - HIDUP SEBAGAI SAUDARA
Author: Elinus Waruwu
•Selasa, November 05, 2024

 

BERITA ACARA PENERIMAAN

ANGGOTA OFS TAHAP SEUMUR HIDUP

3 Nopember 2024

 

 

Penerima Minister Regio : Sdra Klemenius Panjaitan OFS

Pemimpin Misa               : Pastor Wilfridus Vincentius Sarah, Pr

Pendamping Rohani       : Pastor Kasimirus Sitompul OFM Cap bersama

                                        Pastor Yoseph Sinaga OM Cap

Pada hari                        : Minggu

Tanggal                          : 3 Nopember 2024

Tempat                           : Katedral Sibolga

Diterima Masa                : Seumur Hidup

Saksi-saksi                      : Sdri Adriana Nofewati Laia OFS

                                        Sdri Tika Sitanggang OFS

 

Mereka Yang diterima Berjanji Seumur Hidup yaitu:


 

Sdra MARLON PASARIBU, OFS

Sdra BENEDIKTUS PEBRIMA GANDA SIANIPAR, OFS

Sdri HERNA DARMAWATI MANULLANG, OFS

Sdri JOANA MAWATI SIRINGORINGO, OFS

Sdri EMILIA EMISANI LAWOLO, OFS

Sdri DERISMAULI MARBUN, OFS

Sdri SUSANNA YUSTIA GIAWA, OFS

Sdri LUSIANA NDRURU, OFS

Sdri IRMA SURYANI SIHOMBING, OFS

Sdri SONDANG OPPIDA LUMBANGAOL, OFS

Sdra YUSTUS SAHAT M SIMANULLANG, OFS

Sdri KORNELIA CORY NURMALA MANULLANG, OFS

Sdra BEPPO TAMBUNAN, OFS

 

Telah mengucapkan Janji Profesi Seumur Hidup di dalam Persaudaraan Lokal Santu Padre Pio Sibolga pada tanggal 3 Nopember 2024 di Katedral Sibolga.


________________________________

BERITA ACARA PENERIMAAN

ANGGOTA OFS TAHAP FORMASI

3 Nopember 2024

 

 

Penerima Minister Regio : Sdra Klemenius Panjaitan OFS

Pemimpin Misa               : Pastor Wilfridus Vincentius Sarah, Pr

Pendamping Rohani       : Pastor Kasimirus Sitompul OFM Cap dan

                                        Pastor Yoseph Sinaga OM Cap

Pada hari                        : Minggu

Tanggal                          : 3 Nopember 2024

Tempat                           : Katedral Sibolga

Diterima Masa                : Seumur Hidup

Saksi-saksi                      : Sdri Adriana Nofewati Laia OFS

                                        Sdri Tika Sitanggang OFS 


Mereka yang diterima dan Berjanji pada Tahap Formasi yaitu:


 


Sdri LENNY MEGAWATI TAMPUBOLON, OFS

Sdri YULINA HALAWA, OFS

Sdra HERIBERTUS MARETI DAELI, OFS

Sdra DEPANAN SILALAHI, OFS

Sdra DANIEL TUGUMULIA HUTAGALUNG, OFS

 

Telah mengucapkan Janji Tahap Formasi di dalam Persaudaraan Lokal Santu Padre Pio Sibolga pada tanggal 3 Nopember 2024 di Katedral.

 

Catatan Penerimaan Anggota OFS Santu Padre Pio Kota Sibolga, dicatat dengan baik seperti dijelaskan pada Berita Acara di atas. Suatu Kebanggaan bagi OFS dan menjadi Rahmat Berlimpah dalam Persaudaraan. 

Oleh Sekretaris Dewan Regio 2024,

Sdra LINUS ELINUS WARUWU OFS

READ MORE - ORDO FRANSISKAN SEKULIR BERJANJI SEUMUR HIDUP
Author: Elinus Waruwu
•Rabu, November 24, 2021

Materi PPKn

Sibolga, 10 Agustus 2021

PERSATUAN DAN KESATUAN

Nilai Persatuan dan Kesatuan bangsa menjadi sangat penting bagi anak-anak generasi muda. Mengapa? Karena dengan memahami persatuan dan kestuan bangsa akan memperkuat jati diri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan dengan demikian memperkuat ketahanan nasional dalam menghadapi segala ancaman dan gangguan dari musuh.Karena itu, perlu kita bangun terwujudnya kehidupan yang seimbang, selaras, dan serasi antar masyarakat.

Manfaat menjaga persatuan dan kesatuan di sekolah bisa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar akan berjalan tertib. Siswa dan guru harus hidup rukun meski berbeda suku bangsa dan bahasa. Kita perlu menciptakan lingkungan sekolah aman dan tentram, membangun sikap toleransi, dan menghindari perkelahian.

Wujud persatuan dan kesatuan yaitu bisa dilakukan dengan mengerjakan tugas-tugas dari guru bersama teman-teman tanpa membedakan suku, budaya maupun agama, saling menghargai dan menghormati, menghargai pendapat teman, gotong royong membersihkan tempat belajar bersama, dan membangun semangat mengikuti kegiatan pembelajaran baik waktu daring maupun waktu tatap muka.

Sikap yang perlu dikembangkan bisa bentuk toleransi, tenggang rasa, mendahulukan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi, bekerja sama dalam kebaikan dengan siapapun, bergotong royong, saling tolong menolong. Bagaimana sikap yang harus kita kembangkan terhadap orang lain yang berbeda sara dengan kita? 

Nah, kita harus bersikap tidak membeda-bedakan antar kelompok, ras, agama, dan suku. Selain itu perlu saling menyapa untuk menjaga tali silaturahmi, saling menghormati,

lapang dada jika waktu musyawarah pendapat kita tidak dipilih sebagai keputusan. Kita harus bersikap saling membantu, dan mengembangkan sikap toleransi satu sama lain.

 

Catatan:

Bisa dipergunakan untuk bahan Budaya Membaca

 

---Ewr---

READ MORE - Pembelajaran PPKn - Persatuan dan Kesatuan
Author: Elinus Waruwu
•Kamis, Agustus 23, 2012
KETERAMPILAN MEMBACA Modul Diklat Pasca UKA Guru Kelas - belajar bersama 

Sangat bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan guru-guru dan dunia pendidikan kita. Terima kasih dan salam sukses !

READ MORE - Modul Diklat Pasca UKA Guru Kelas
Author: Elinus Waruwu
•Rabu, Mei 23, 2012
KATEDRAL SANTA THERESIA SIBOLGA JUARA I

Pada lomba Cerdas Tangkas Alkitab (CTA) 19 Mei 2012 se-Dekanat Tapanuli yang diselenggarakan pukul 16.00-18.30 WIB di gedung GOR Pandan, Katedral Santa Theresia Sibolga meraih juara I dengan nilai tertinggi. Perlombaan CTA itu disaksikan tidak kurang dari 500 OMK yang mewakili 7 paroki yakni Tumbajae, Pangaribuan, Tarutungbolak, Katedral Sibolga, Santu Yosef Pandan, Pinangsori, dan Padangsidimpuan. Kegiatan lomba CTA itu sebagai rangkaian dalam rangka pesta Paskah umat katolik se-Dekanat Tapanuli yang dipusatkan di ibukota Pandan kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Peserta rata-rata dari Orang Muda Katolik berusia 16 – 24 tahun, dan materi lomba yang dipertanyakan seputar Injil Matius, Lukas, Markus, dan Johanes. Ditambah pengetahuan umum dari Renstra Sinode I Keuskupan Sibolga.
READ MORE - Lomba CTA OMK Sedekanat Tapanuli
Author: Elinus Waruwu
•Kamis, Oktober 27, 2011
Lomba Perpustakaan Tingkat Kota Sibolga SD RK No. 4,
SMP Fatima, dan SMA Katolik Sibolga Meraih Juara I


Pada lomba perpustakaan tingkat Kota Sibolga tahun 2011 ini tiga sekolah terbaik Kota Sibolga meraih Juara Pertama. Berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian dari pengisian instrument dan hasil visitasi penilaian langsung oleh Tim Dewan Juri Independen ketiga sekolah terbaik itu ditetapkan sebagai pemenang lomba dalam hal pengelolaan terbaik. Penetapan pemenang lomba perpustakaan terbaik di tingkat SD, SMP, dan SMA se-Kota Sibolga itu tidak terlepas dari pembinaan yang telah diberikan oleh para Petugas Perpustakaan Pemko Sibolga. Dari tahun ke tahun terus melakukan pembenahan hingga bisa meraih yang terbaik demi mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya melalui sekolah-sekolah dalam menata dan mengelola pemanfaatan buku-buku perpustakaan yang nota bene sering mendapat sebutan gudang ilmu.

Pemberian penghargaan dan hadiah bagi sekolah yang meraih kejuaraan lomba perpustakaan itu, berlangsung hari Senin 17 Oktober 2011 di Gedung Perpustakaan Pemko Sibolga. Para Pemenang diundang dan masing-masing mendapat tropy serta untuk Juara I memperoleh uang Rp 1.500.000,00; Juara II Rp 1.250.000,00; Juara III Rp 1.000.000,00. Sedangkan Juara Harapan I menerima uang Rp 750.000,00; Juara Harapan II Rp 600.000,00 dan Juara Harapan III Rp 500.000,00.

Sebelumnya, Dewan Juri independen yang terdiri dari 3 orang yakni Rapidin Manalu, S.Pd, Ganda Asiroha Sitohang,S.Sos dan Mei Linda Sihotang,Amd menetapkan Juara I di tingkat Sekolah Dasar yakni SD RK No.4 Sibolga dengan nilai 2885, menyusul Juara II SD RK No.3 Sibolga yang memperoleh nilai 2795, Juara III SD RK No.1 Sibolga nilainya 2390. Sementara Juara Harapan I diraih oleh SD Negeri 085121 Sibolga dengan nilai 2255, Juara Harapan II jatuh kepada SD RK No.2 Sibolga bernilai 2185, serta Juara Harapan III dari SD Negeri 085120 Sibolga nilainya 2025. Dari informasi yang diperoleh jumlah sekolah yang masuk nominasi dalam mengikuti lomba perpustakaan di Tingkat Sekolah Dasar tahun 2011 ini sebanyak 27 sekolah.
Dewan Juri yang sama juga memberi penilaian objektif pada 10 sekolah tingkat lanjutan pertama (SLTP) yang masuk nominasi. Dan hasil yang diperoleh sebagai perpustakaan terbaik tingkat SMP menetapkan SMP Fatima Sibolga sebagai Juara I dengan nilai 2905. Menyusul Juara II SMP Negeri 2 Sibolga dengan nilai 2495, dan Juara III SMP Negeri 5 Sibolga bernilai 2360. Sedangkan posisi Juara Harapan I diraih oleh SMP Negeri 7 Sibolga dengan nilai 2155, Juara Harapan II SMP Negeri 3 Sibolga bernilai 2125, dan Juara Harapan III SMP Negeri 4 Sibolga nilainya 2005.

Sementara itu, Dewan Juri menetapkan SMA Katolik masih yang terbaik dalam lomba perpustakaan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). SMA Katolik Sibolga meraih Juara I dengan jumlah nilai perolehan sesuai keputusan Tim Penilai 2665. Menyusul Juara II SMA Tri Ratna Sibolga bernilai 1905, dan Juara III SMA Negeri 1 Sibolga dengan nilai 1885. Pada posisi Juara Harapan I jatuh kepada SMK Muhammadiyah 13 Sibolga dengan nilai 1860, Juara Harapan II SMK Negeri 1 Sibolga nilai 1730, dan Juara Harapan III SMK Negeri 2 Sibolga bernilai 1510.

Tampak wajah-wajah para pengelola perpustakaan yang diundang di Gedung Perpustakaan Pemko Sibolga itu gembira, bahkan mereka merasa puas telah dihargai lewat penilaian independen tersebut. Memang diakui uang yang mereka terima dibanding tahun sebelumnya ada penurunan nilai nominal, tetapi semangat untuk meraih yang terbaik masih jelas terpancar di wajah mereka. Dari pantauan koran ini, banyak yang antusias mengabadikan keberhasilannya itu dengan berfoto usai mendapat hadiah secara pribadi. Memang cuaca juga kurang bersahabat, sehingga pemberian hadiah terpaksa dilaksanakan dalam ruangan yang tidak begitu luas. Namun usai menerima hadiah, sebagian pemenang berlomba untuk difoto kembali. Kita ucapkan selamat bagi sekolah yang telah berhasil, semoga tahun depan lebih berhasil lagi.

Peliput : Elinus Waruwu
READ MORE - Lomba Perpustakaan Tingkat Kota Sibolga
Author: Elinus Waruwu
•Rabu, Oktober 26, 2011
Selama tiga hari Kamis s/d Sabtu 1-3 September 2011 telah berlangsung seminar Lokakarya Budaya Nias tentang jujuran yang disebut böwö. Lokakarya itu dibuka resmi oleh Uskup Keuskupan Sibolga Mgr Dr Ludovicus Simanullang OFMCap dengan ditandai pemukulan gong dan berlangsung di gedung serba guna St Yakobus Laverna Gunungsitoli Nias dan dihadiri tidak kurang 127 orang peserta tenaga pastoral, para Imam, Pendeta, Pengetua Adat dari pengurus lembaga adat lintas komunitas yang lebih dikenal dengan sebutan öri. Hadir juga tokoh adat dan unsur Pemerintah kabupaten/kota lintas agama. Para peserta lokakarya masing-masing memiliki perwakilan yang berasal dari Kota Gunungsitoli, Teluk Dalam - Nias Selatan, Lahewa - Nias Utara, Sirombu Mandrehe - Nias Barat.

Ketua Panitia Pastor Romanus Daeli OFMCap mengatakan dasar pelaksanaan kegiatan itu adalah keputusan Uskup Keuskupan Sibolga nomor 093/KS-SK/2011 tentang Pengangkatan Panitia Lokakarya Budaya Nias. Kegiatan lokakarya itu dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan transformasi Tata Nilai Baru tentang adat khususnya jujuran demi mendukung perkembangan budaya masyarakat Nias sebagai tindak lanjut hasil analis sosial dan Sinode Keuskupan Sibolga 12-16 November 2009 yang lalu.
Adapun tema seminar Lokakarya yakni “Jujuran Perkawinan Mensejahterakan Keluarga” dalam bahasa NiasFamalua Böwö Wangowalu Same’e Fa’ohahau Dödö. Menurutnya, jujuran (böwö) yang umum terlaksana di Nias dinilai masih sungguh membebani, bahkan ansos mengisyaratkan jujuran böwö salah satu penyebab kemiskinan di tengah masyarakat Nias khususnya yang terjadi di desa-desa terpencil. Lanjutnya, tujuan melaksanakan seminar Lokakarya untuk menggagas perubahan sosial di bidang adat dengan mengembangkan kesepakatan baru yang disosialisasikan kepada masyarakat basis lewat katekese dan pertemuan resmi lainnya.
Fidelis Elisati Waruwu M.Sc.Ed  salah seorang narasumber yang datang dari Jakarta Barat mengutarakan bahwa setiap masyarakat memiliki sistem adat-istiadat untuk menyambut peristiwa-peristiwa penting dalam siklus kehidupan. Seperti perkawinan misalnya, terkandung di dalamnya ritual penghayatan nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat. Anggota keluarga akan melakukan syukur dan mengundang sanak keluarga – seluruh keluarga besar (banua) – untuk bersyukur atas hadirnya rahmat Tuhan dalam keluarga baru tersebut. Dalam acara itu dilantunkan doa-doa syukur, doa-doa berkat dan sekaligus sebuah perayaan makan bersama guna meneguhkan persaudaraan. Lanjut Fidelis, nilai-nilai luhur seperti penghormatan (nilai fame’e sumange), nilai ketaatan total, sikap tunduk menyerah yang menunjukkan kebesaran kasih dari setiap orang Nias yang menghayati adat-perkawinan. Pesta perkawinan itu seharusnya sebagai ungkapan kegembiraan. Pihak keluarga mempelai wanita melakukan persiapan-persiapan batin dengan memberikan nasehat-nasehat praktis (fotu) berisi prinsip-prinsip nilai bahwa dia harus memberi hormat kepada pihak keluarga calon suaminya. Hal yang sama juga, mempelai pria menunjukkan penghormatannya kepada semua pihak dari keluarga calon istrinya, terutama pihak paman (uwu), calon ayah dan ibu mertuanya, calon saudara iparnya (saudara laki-laki dari calon istrinya). Sebagai bukti sembah sujud dan ketaatan total, maka apa saja yang dikatakan oleh calon mertuanya (ayah, ibu), semua calon iparnya laki-laki dan pihak paman (uwu) mesti dilaksanakan tanpa syarat. Pihak calon mempelai pria harus meminta restu mereka dengan cara sembah sujud, membawa makanan dan sekaligus memberi tanda kasih (böwö) kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka inginkan.“Jadi pada prinsip dasarnya, yang diharuskan adalah memberi penghormatan (fame’e sumange) secara total dan bukan mengharuskan membayar jumlah uang (firö), beras (fakhe), babi (bawi) atau jujuran. Maka pada saat yang sama, pihak orang tua (ayah dan ibu calon mertua), pihak saudara (calon ipar) dan pihak paman (uwu) juga membuktikan kebesarah kasih mereka (fa’ebua mböwö-ra) dengan menerima dan memberikan berkat pada calon menantu yang datang menyembah. Seluruh anggota keluarga menerima, dan disambut dengan adat kebesaran!”jelas Fidelis.

Permasalahan Perkawinan Adat Nias
Dalam lokakarya itu, terungkap bahwa pelaksanaan adat-istiadat di Nias yang mula-mulanya berisi nilai-nilai luhur, dalam perjalanan sejarah mengalami perubahan-perubahan. Beberapa hal yang awalnya hanya ritual untuk mendukung nilai, ternyata dimutlakkan dan menjadi keharusan. Misalnya acara sembah sujud pihak calon mempelai pria yang disampaikan dalam bentuk jamuan makan (famondiwo) dan pemberian kasih yang seharusnya diterima (sinema) oleh pihak uwu, sibaya, ama, ina dan talifusö menjadi dimutlakkan takarannya dan dipaksa untuk diberikan oleh mempelai pria. Pemaksaan pemberian jujuran tersebut telah menjadi kebiasaan adat, yang pada akhirnya nilai-nilai luhur adat sendiri tidak lagi diperhatikan, malah dikorbankan. Akibat dari pemaksaan jumlah pemberian tanda kasih (fa’ebua mböwö) menjadi bukan lagi praktek nilai-nilai luhur tapi berubah menjadi jujuran yang mesti dibayar. Bila tidak membayarnya, maka pihak mempelai pria akan dipermalukan dalam pembicaraan adat (dikatakan sebagai orang yang tidak tahu adat = niha silö mangila huku). Akibatnya, banyak mempelai pria melakukan segala cara, termasuk menggadaikan tanah, kebun atau apapun yang bisa digadaikan agar dapat memenuhi tuntutan pihak keluarga mempelai wanita. Bila keadaan sudah terdesak, makapinjaman uang dengan bunga tinggi (kefe so’ono) pun terpaksa pilihan sebagai solusi. Sering juga untuk memperoleh pinjaman dengan bunga lunak, pihak mempelai pria harus menggadaikan apa saja yang bisa digadaikan. Kejadian itu sering berlangsung spontan seperti kebiasaan. Dan tentu saja dampak dari kebiasan itu tidak pernah dipikirkan oleh kedua belah pihak. Setiap orang menganggapnya memang sudah seharusnya demikian.
Kalau kita menyaksikan pengalamn pada kenyataan umum, keluarga-keluarga muda di Nias memulai  hidup rumah tangganya dengan utang, dan ada yang sudah melilit dan membelenggu, karena uang berbunga = kefe so’ono, utang beras, utang babi dan utang-utang lainnya. Tentu saja, keadaan seperti itu kurang memotivasi keluarga yang baru terbentuk untuk memikirkan sesuatu yang positif tentang masa depan keluarganya. Karena yang menjadi bahan pemikiran setiap hari adalah bagaimana membayar utang-utang yang tidak pernah berakhir. Keadaan itu tentu saja tidak memotivasi untuk bekerja mencari kehidupan. Karena apapun yang dikerjakan pada akhirnya tidak dinikmati, hanya habis untuk melunasi utang akibat besarnya jujuran perkawinan.
Bila keadaan jujuran perkawinan demikian, tidaklah mengherankan pihak pria – memilih untuk melarikan diri untuk melupakan beban kehidupan – dengan minum alkohol (mamadu tuo), asyik dengan main kartu (dan mungkin juga berjudi) dan menghabiskan waktu di warung kopi sambil main catur atau ngobrol seharian. Semangat hidup mengalami kemunduran di mana setiap orang ada di bawah tekanan dan frustrasi berkepanjangan. Tidak heran kalau individu-individu dalam masyarakat Nias menjadi gampang tersinggung, gampang marah, mengamuk dan melakukan kekerasan. Beban adat yang membelenggu itu semakin terasa lagi ketika ipar laki-laki juga menikah atau membutuhkan bantuan biaya sekolah, bantuan ketika mereka mendirikan rumah, bahkan ketika salah satu diantaranya meninggal dunia (ömö fangasi). Pihak anak perempuan masih memiliki utang yang wajib dibayar. Ketika keluarga muda mulai mendirikan bahtera keluarganya dengan lilitan utang, maka apapun hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun, hanya untuk melunasi utang-utang yang terus bertambah – seperti pinjaman uang dengan bunga tinggi (kefe so’ono) sebelumnya. Tentu saja praktek hidup seperti itu bukanlah tujuan dan nilai adat yang dirancang oleh nenek moyang leluhur orang Nias dulu.
Zaman sudah berubah. Tuntutan hidup modern juga berubah. Dewasa ini, pendidikan demikian penting dan mutlak dibutuhkan oleh setiap generasi muda. Pendidikan membutuhkan biaya besar. Akibat pelaksanaan jujuran adat perkawinan Nias seperti dipaparkan oleh beberapa pembicara atau narasumber, mereka berpendapat bahwa membentuk keluarga baru lewat perkawinan adat Nias berdampak berat pada kehidupan generasi muda. Banyak orang tua tidak dapat membiayai sekolah anak-anaknya, karena pendapatan mereka hanya cukup untuk membayar utang-utang yang terus melilit.
Artinya, pelaksanaan adat-istiadat pembuktian pemberian kasih (fa’ebua mböwö) sudah berubah menjadi pemaksaan pemberian jujuran yaitu materialistis. Hal itu menjadi gambaran umum cara  pelaksanaan jujuran (böwö) perkawinan di Nias, nilai kesakralan adat-istiadat itu telah jauh bergeser dari semangat awal pelaksanaannya yang lebih spiritual. Nilai-nilai luhur dalam adat perkawinan yang merupakan pembuktian kebesaran kasih (fa’ebua mböwö) kedua belah pihak (pihak keluarga mempelai wanita dan mempelai pria) sudah direduksi dalam sebuah praktek materialistis, pemaksaan pemberian sinema pihak-pihak keluarga wanita. Tentu saja, orang-orang seperti itu bukan membuktikan diri sebagai orang yang memiliki kasih yang besar (sebua böwö) tapi orang yang miskin kasih dan justru hanya memikirkan kenikmatan sesaat (tolo-tolonia dan fa’ebua zinemania).
Maka muncul pertanyaan, “Apakah jujuran perkawinan (böwö) Masyarakat Nias sudah mensejahterakan atau belum?” Bila prakteknya seperti pemaksaan maka pemutlakkan jujuran itu justru membelenggu keluarga-keluarga Nias dalam lembah kesengsaraan hidup karena utang-utang yang memiskinkan. Praktek pelaksanaan pesta perkawinan ala Nias berpedoman pada rangkaian böwö dan menjadi tradisi hidup masyarakat. Tradisi itu mempengaruhi sikap mental setiap orang yang hidup dalam masyarakat Nias itu. Seluruh aturan-aturan adat menjadi semacam aturan moral yang harus dipatuhi. Bila ada orang yang tidak menaati aturan tersebut dianggap salah atau melanggar aturan adat, didenda (lakhau), dan bisa dikenakan hukuman sosial, dikucilkan, atau dikeluarkan dari komunitas. Jadi, pelaksanaan adat-perkawinan yang memutlakkan jujuran justru mendorong setiap keluarga baru dalam lembah penderitaan yang tidak ada ujung.
Di satu pihak, pelaksanaan adat (fa’ebua mböwö) itu memperlihatkan betapa kebesaran hati orang-orang Nias. Bersedia memberi makan semua orang sekampung; menunjukkan kemurahan hati dengan bersedia mengikuti apa saja yang diminta oleh pihak mertua dari pihak mempelai wanita. Apabila sudah ada relasi kekeluargaanya, maka semua pihak menjadi anggota keluarga besar dan disebut sitenga bö’ö artinya bukan lagi orang lain. Sistem adat itu memperkokoh hubungan persaudaraan di antara seluruh keluarga. Pihak Uwu membuktikan kemurahan hatinya dengan memberi berkat (howu-howu) dan bahkan memberikan ternak  (manu, bawi) dan bibit tanaman (tanömö zinanö) sebagai modal bagi anak mereka yang memulai hidup baru dalam keluarga. Pihak keluarga perempuan memberangkatkan anaknya dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan oleh keluarga muda. Tentu saja bila hal itu dilaksanakan seperti semangat awalnya – maka pesta adat perkawinan di Nias justru membawa kesejahteraan bagi keluarga baru.
Ternyata pelaksanaan adat perkawinan di Nias telah mengalami erosi nilai. Dari semangat menunjukkan  kemurahan hati (fa’ebua mböwö) ke arah menentukan besarnya jujuran (fa’ebua zinema). Semangat awalnya adalah bagaimana semua pihak berlomba memberikan yang terbaik kepada orang lain. Setiap orang berusaha membuktikan kemurahan hatinya (fa’ebua mböwö nia). Prakteknya sekarang, nilai-nilai luhur itu direduksi pada nilai material besarnya jujuran adat. Maka solusi terbaik, adalah kembali ke semangat awal “menunjukkan kebesaran kasih (fa’ebua mböwö) dan tidak direduksi pada besaran jujuran yang mesti diterima oleh berbagai pihak (sanema sinema). Kata Fidelis, “Justru ketika anak-anak kita memulai hidup keluarga yang baru, setiap pihak berusaha membuktikan kemurahan hatinya (fa’ebua mböwö nia) dengan membekali keluarga baru semua hal yang baik – demi memampukan anak-anak kita memulai hidup baru mereka dengan layak di tengah dunia yang terus berkembang dan berubah!”
Zaman telah berubah. Setiap orang mesti menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan modern, khususnya tuntutan dalam bidang pendidikan. Agar generasi baru dapat memainkan perannya dalam masyarakat yang terus berubah ini, anak-anak perlu dibantu dalam pendidikan mereka. “Maka hanya apabila keluarga-keluarga kita di Nias mempunyai kemampuan ekonomi (tidak banyak utang) – dan berdaya, maka pendidikan anak-anak kita di Nias lebih terjamin. Sekarang ini orang yang berpendidikan sangat dibutuhkan untuk dapat ikut serta dalam pembangunan masyarakat kita di Nias. Tanpa pendidikan, generasi Nias hanya berkutat dalam pergulatan dengan berbagai lilitan kemiskinan kehidupan, dan dengan demikian kita meneruskan generasi yang terus berkutat dalam kemiskinan.” Ungkap Fidelis yang banyak menjelaskan solusi untuk membaharui nilai-nilai budaya Nias yang lebih baik.

Pastoral Formatif dan Transormatif
Fr. Postinus Gulö OSC mahasiswa S-2 dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung yang sedang menulis tesis seputar perkawinan adat Nias Barat daerah Öri Moro’ö, turut serta menjadi narasumber pada lokakarya itu. Beliaumengharapkan dalam menyikapi perkawinan adat Nias hendaknya diterapkan kerasulan model pastoral formatif dan transformatif. Menurutnya, pastoral formatif yakni berusaha membentuk, mendidik, mengarahkan dan menyadarkan masyarakat pada nilai-nilai budayanya sendiri sekaligus pada ajaran Gereja. Dikatakannya, perlu tenaga pastoral yang mengerti sungguh budaya daerah Nias. Dan tenaga pastoral itu perlu menghindari tindakan yang hanya mengkritik tanpa berusaha menyelami makna terdalam dari budaya Nias. Melihat kenyataan yang dalam perkembangan zaman perkawinan adat Nias sudah mengalami kepudaran di dalam praktek keseharian masyarakat Nias. Maka perlu terobosan-terobosan baru demi menciptakan perubahan hidup masyarakat Nias menjadi lebih sejahtera, selektif terhadap kecanggihan teknologi dan budaya modern semacam keyboard.
Menurutnya, penerapan böwö yang cenderung material perlu diubah dan dikembalikan ke makna asali yakni böwömerupakan nilai etis, sikap saling menghormati dengan kata dan perbuatan. Misi Gereja di Pulau Nias kurang berhasil jika tenaga pastoral dan misionaris tidak memahami adat setempat. Tenaga pastoral dan para misionaris tidak akan berhasil melakukan perubahan jika tidak mampu memahami budaya Nias. “Oleh karena itu, yang sangat dituntut dari para tenaga pastoral yang berkarya di Nias adalah kesediaan dan pengorbanan yang tulus serta kreatif. Tenaga Pastoral harus mampu menerima keadaan dan juga berusaha menorehkan yang berguna bagi kelangsungan hidup umat. Pastoral yang penuh belas-kasih (karikatif) memang dibutuhkan, tetapi yang lebih penting adalah pastoral formatif dan transformatif !” harap Fr.Postinus Gulo.

Kesepakatan Baru
Pada hari terakhir lokakarya adat Nias itu para peserta berhasil menetapkan kesepakatan baru setelah bersama-sama mendalami makna nilai-nilai luhur böwö dalam adat istiadat suku Nias. Beberapa kesepakatan baru itu dapat dirangkum dalam beberapa butir sebagai hasil seminar lokakarya yang hangat diperdebatkan oleh para peserta pada diskusi pleno antara lain: Pertama, sepakat bahwa böwö adalah ungkapan nilai-nilai luhur dan pemberian penuh ikhlas hati, bukan dipaksa dan tanpa menuntut balasan. Kedua, menyadari nilai böwö selama ini telah membebani dan memberatkan kehidupan lahir batin keluarga baru. Ketiga, tindakan pelaksanaan böwö hendaknya dijiwai semangat sejati memberdayakan dan memanusiakan generasi muda Nias. Keempat, mengupayakan gerakan bersama menerapkan böwö perkawinan yang mensejahterakan keluarga baru. Kelima, merekomendasikan menyusun bahan pengajaran dan pembinaan bagi seluruh elemen masyarakat Nias untuk dijadikan bahan pengajaran muatan lokal di sekolah formal. Dan Keenam, menyederhanakan nilai material böwö dari adat perkawinan Nias yang dijiwai nilai-nilai luhur yang sejati.
Mengakhiri kegiatan lokakarya itu, Vikjend Keuskupan Sibolga Pastor Doni Ola Pr bersama Sekretaris Keuskupan Metodius Sarumaha OFMCap menutup acara lokakarya secara resmi. Dan pada kesempatan itu, beliau mengucapkan terima kasih kepada seluruh Panitia, Narasumber, dan peserta lokakarya. Semoga bermanfaat!
Peliput : Elinus Waruwu
READ MORE - Jujuran Perkawinan Adat Nias Mensejahterakan Keluarga